begitulah....

By
Advertisement

Waktu terus berjalan.
Ayah ku dirawat kembali dirumah oleh kakak ku yang nomor 3 dan no 1. cobaan belum usai sampai disini. Kakak ku yang nomor 1 terkena hepatitis c yang mengharuskan dia untuk istirahat total dalam penyembuhan penyakitnya. Sehingga kakak ku yang nomor 1 tak bisa membantu banyak dalam merawat ayah ku. Saat itu yang di andalkan hanya kakak ku yang nomor 3 dia perempuan sedangkan kakak ku yang no 2 sudah berangkat kerja dikapal pesiar dan mengirimkan uang 2 jutaan setiap bulannya. Dan aku adalah anak keempat atau yang terakhir.

Pada saat ini ku harus kerja di daerah kalimalang bekasi dan tinggal dimana mana. Karena kalau harus pulang pergi depok bekasi agak jauh dan tidak efisien dalam segi ongkos. Kadang dikemayoran atau di bekasi dan juga dikantorku walau kata orang angker aku berani kan diri demi mengirit ongkos bensin. Dan demi mengirim uang kerumah untuk kakak ku no 1 dan 3 yang menjaga ayahku.dan pada Saat saat itu aku tidur dimana mana. Sambil aku mengingat akan aku sebutkan.
Dirumah teman temanku ryan (saudaraku) bean, iyus, rali, teguh, gali dan dikantor atau gudang tempatku bekerja yang kata orang orang sekitar angker ada setannya. Aku benar benar seperti anak hilang saat itu tapi tetap kuyakin tujuan ku mulia. Mulia ku yakin hingga ku berani nekat seperti ini.
Ada uang mingguan yang kudapat dan kusisihkan 50ribu dari 250 ribu yang kudapat untuk ayahku. Uang gaji ku pun setiap bulannya kupastikan agar sampai ke kakak kakakku dirumah dan ayahku. Setiap pulang kerumah pada hari sabtu dan minggu ku beli sesuatu makanan yang sangat membuat suasana bisa bahagia walau sejenak. Ku buat kebiasaan di hari sabtu. Pada hari itu ku pulang kerja langsung menuju depok. Dan sampai pada sekitar jam 1 malam atau 12 malam. Sebelum sampai rumah kubeli lontong sayur di depok yang memang jualannya malam. Sampai dirumah ku nonton bola sama kakak no 1 juga terkadang ayahku di bangunkan pada malam hari untuk makan bersama ngobrol ngobrol dan bersama sama. Setiap minggu kebiasaan itu terulang.

Uang kerja yang kudapat pada saat itu kubuat membahagiakan keluargaku. Dan tak ada sedikitpun rasa kerugian dalam hatiku.

Waktu terus berjalan. Masa kerja kontrakku habis di perusahaan air minum terkenal itu. Aku pindah bekerja di suplemen minuman extra yang sangat terkenal juga. Dan jumlah gajiku hanya beda 50 ribu saja dari tempat sebelumnya. Aku terus bekerja. Tapi ada sedikit pengeluaran extra dimana ongkos bensin ku tak dibayarkan perusahaan melainkan dibebankan dari uang mingguan ku. Hingga nilai pemasukkan ku menjadi berkurang dari sebelumnya. Uang yang harusnya mengalir ke ayahku jadi tersendat. Aku pun sedikit merasa tidak berguna jadinya.